Monday, October 15, 2012

Tentang Dia, Sebenarnya Aku

Ini tiga hari sebelum Lala memutuskan untuk bertemu kembali dengan Rudi. Sore itu hujan turun dengan deras. Bulan Oktober memang terkadang menjadi kisah haru-biru bagi orang-orang tertentu, mungkin Lala juga termasuk dalam golongan orang-orang tersebut. Perasaan ini tidak pernah berbohong, Lala mungkin kembali diingatkan akan masa-masa itu: ketika dia masih bersama Rudi.


Belum genap satu bulan setelah Lala meninggalkan Rudi, teman Lala yang bernama Kaka mengajak Lala untuk makan malam di sebuah restoran. Restoran ini cukup eksotis, menawarkan sejuknya hawa malam di balik lampu-lampu yang berkedip manis setiap malam. Romantisme restoran ini semakin tampak ideal dengan lampu kuning remang-remang dan alunan lagu Acoustic Cafe yang menggema di sudut ruangan.

Memang belum lama Lala mengenal Kaka, yaitu semenjak mereka bekerja di tempat yang sama. Belakangan ini, keduanya memang tampak saling terbuka untuk mengenal satu sama lain. Perkenalan mereka ini memuncak pada malam ini, saat mereka usai menyantap steak tenderloin dan bersiap untuk memakan puding cokelat sebagai hidangan penutup. Pisau pun berdecit tipis. Kira-kira hampir mengenai piring, Kaka berkata kepada Lala,
"Lala, kita belum lama berkenalan."

Dan Lala pun memahami, bahwa kalimat itu diucapkan Kaka untuk memulai hubungan mereka yang lebih jauh. Ia pun teringat akan statusnya dengan Rudi. Dengan mengucapkan kata-kata klasik yang mengambang bagi seorang pria, Lala berusaha mengulur waktu Kaka.

Malam harinya, Lala menghubungi Rudi, meminta ijin darinya supaya ia diperbolehkan dekat dengan Kaka. Ia pun tahu, jawaban dari Rudi menunjukkan betapa hatinya sakit. Akan tetapi, Lala selalu memikirkan kejadian-kejadian di mana mereka bertengkar untuk menguatkan hatinya dengan kehidupannya yang baru. Life must go on! Sejak itu, ia berasumsi bahwa Rudi benar-benar pergi dari kehidupannya; pergi atau terusir. Lala pun membuka pintu hatinya kepada Kaka, untuk mengisi lembaran baru dalam kehidupannya.

Kaka, seorang yang baik. Dia juga memahami perasaan seorang perempuan, terutama perempuan yang dikasihinya. Dia bahkan lebih romantis daripada Rudi. Waktu demi waktu, selagi ada kesempatan untuk jalan berdua, Kaka berusaha menghibur Lala yang waktu itu masih bimbang akan keputusannya. Apalagi ketika Lala membuka akun jejaring sosialnya: melihat curahan hati sang Mantan.

Selalu ada cara bagi Kaka untuk menghibur hati Lala. Meskipun demikian, selalu ada cara bagi setiap masalah untuk datang kepada mereka. Yah, hubungan yang menggantung, ditambah dengan kenangan-kenangan di masa lalu menjadi kerikil-kerikil kecil bagi mereka. Tetapi akhirnya, Lala pun akhirnya merasa nyaman dengan keberadaan Kaka di sampingnya. Perlahan-lahan, memorinya tentang Rudi pun teralihkan.

Kaka -karena kepiawaiannya dalam bekerja, dipercaya untuk mengerjakan suatu proyek di luar pulau. Untuk merayakannya, Kaka mengajak Lala untuk makan malam di restoran tempat mereka pertama kali menuangkan perasaannya. Mengetahui akan hal ini, Lala teringat akan sesuatu. Akan masa-masa di mana dia dan Rudi hendak berpisah oleh karena jarak di antara mereka. Hatinya berbisik, akankah ia harus menjalani LDR lagi?

Saat itu ia menangis tipis di hadapan Kaka.
"Mengapa hal ini harus terulang lagi? Apakah aku harus mengalami kisah kasih yang jauh."

Dari sini, Kaka mengetahui bahwa Lala belum bisa melupakan sosok mantan dalam hidupnya. Seolah-olah, perpisahan menjadi pengalaman pahit yang berujung pada jalan hidup masing-masing. Dengan kedewasaannya, dia berkata kepada Lala,
"Aku mengerti, sebetulnya aku lah yang keliru. Aku tidak tahu kalau sebelumnya kalian punya masalah. Dan tiba-tiba saja aku datang di saat yang mungkin tidak kalian harapkan."

Kemudian Lala pun berusaha berbicara di tengah-tengah tangisnya,
"Tentang dia, sebenarnya aku...."

Hujan itu kembali menyadarkan lamunannya. Bantal di bawah dagunya basah karena air mata yang ia keluarkan. "Oh, mengapa aku harus kehilangan kasih karena jarak yang memisahkan kami?" Benar bahwa belakangan ini, ia kembali membuka akun jejaring sosial milik Rudi setelah Kaka meninggalkannya ke pulau antah-berantah. Kaka memberi kesempatan bagi Lala untuk memikirkan kembali hubungan mereka.

Dan inilah pilihan Lala...


[Epilog] - Cerita ini saya buat setelah membaca Balada Lagu Lama Rudi di blog bang Sigit. Halo, bang? Dan ini juga baru pertama kalinya saya menulis kisah-kisah semacam teenlit seperti ini, jadi mungkin bahasanya masih belum lolos edit. Saya tidak berhak mengubah pakem cerita Rudi dan Lala -jika cerita ini dilanjutkan oleh imajinasi bang Sigit, untuk itu saya mencoba menulis prekuelnya: kenapa sih kok tiba-tiba Lala kembali ke dalam kehidupan Rudi? 

Nah, sebuah kisah yang pernah saya dengar dari teman saya yang dia beri judul 2-3-4. Menurut dia, seorang perempuan terkadang bergonti-ganti 2-3-4 pacar karena merasa "ada sesuatu yang kurang". Okelah, karena mungkin pacarnya belum selesai kuliah, merasa dia lebih baik daripada pacarnya, merasa tidak dilindungi, merasa tidak diperhatikan, dan merasa lain-lainnya. Meskipun demikian, tidak ada istilah playgirl. Perempuan selalu bisa menutupi perasaannya, bahkan lebih jago lagi: menutupi perselingkuhannya. Tidak seperti laki-laki yang lebih kelihatan gelagat ke-playboy-annya. Bagaimana kelanjutannya?

2 comments:

  1. makasih cob, udah ikut bercerita tentang Rudi, Lala, dan Kaka

    ReplyDelete
  2. sama-sama, mas Sigit! Ditunggu kelanjutan ceritanya.

    ReplyDelete

author
Yacob Ivan
Indonesian, Mathematician, Business Analyst, Android Developer, History-traveller | http://www.yacob-ivan.com