Thursday, September 15, 2011

Membaca Lima Kitab Pertama Alkitab 1 : Pengantar Umum - Kitab Kejadian

Seperti yang saya ketahui dan mungkin Anda juga, lima kitab pertama dalam Alkitab dikenal dengan Kitab Taurat (Pentateukh) yang konon ditulis oleh Nabi Musa -nabi terbesar pada jaman Perjanjian Lama. Tidak menarik memang dibandingkan dengan kitab-kitab Perjanjian Baru maupun kitab-kitab suci agama lainnya. Namun, beberapa narasi yang diceritakan di depan gereja-gereja atau masjid-masjid terkadang mengambil dari kisah-kisah dalam kitab ini.

Di lingkungan sekitar kita, sungguh sedikit literatur-literatur lain yang mendukung kitab-kitab Perjanjian Lama termasuk kitab Taurat yang akan dibahas dalam buku ini. Rm V. Indra Sanjaya, Pr benar-benar secara detil menjelaskan bagaimana isi Pentateukh secara historis. Jika dibaca dengan lebih teliti, tentu kita akan menemui kejanggalan-kejanggalan yang tidak masuk akal, seperti adanya loncatan-loncatan waktu yang cukup jauh serta perbedaan mitologi yang cukup mencolok antara kisah awal mula penciptaan dengan kisah bapa para bangsa. Apakah pula benar, Taurat ini dikarang oleh Nabi Musa?

Perbedaan mitologi yang mencolok ini semakin diperkuat setelah ditemukannya beberapa tablet yang berisi tentang tiga epik yang isinya kurang lebih mirip dengan kisah-kisah alkitabiah. Ketiga epik tersebut antara lain Enuma Elish, Atrahasis, dan Epik Gilgamesh. Ketiganya sastra tersebut berkembang di daerah Ancient Near East (Sumeria, Babilonia, Mesir kuno, Akkadia dan Ugarit). Melihat sastra yang berkembang pada waktu itu, bisa saja kitab Kejadian (pembuka Pentateukh) menyadur atau mengambil alur cerita dari epik-epik tersebut, seperti banjir besar pada jaman Nuh mirip dengan banjir besar pada jaman Atrahasis.

Suasana mitologi yang kental pada masa penciptaan inilah yang selanjutnya berubah menjadi suasana yang lebih manusiawi ketika Abraham mulai muncul. Kisah inilah yang selanjutnya mengawali kisah Bapa Bangsa (yang dikenal meneruskan dua bangsa besar keturunan Ishak-Yakub-Yusuf dan Ismael). Bagian ini pun tetap menyisakan banyak sekali pertanyaan. Apakah benar kisah ini menitikberatkan penggenapan janji Tuhan YHWH akan tanah terjanji.

Menarik sekali dibaca. Setidaknya bisa menjadi pengantar kritis mengenai Pentateukh. Di akhir kitab Ulangan (Deuteronomy, akhir dari Pentateukh), kisah berakhir dengan kematian Musa. Dan di sini, bangsa Israel belum memasuki tanah terjanji. Jika memang Pentateukh mengisahkan tentang perjalanan manusia hingga tanah terjanji, bukankah seharusnya mereka sudah sampai di tanah ini? Oleh karenanya, ada beberapa penelitian yang mengaitkan kitab-kitab Yosua sebagai akhir dari perjalanan ini. Namanya juga bukan lagi Pentateukh, tapi Hexateukh (6 Taurat). Akan tetapi ada juga penelitian lain yang mengaitkan hingga kitab Raja-raja dan dibungkus menjadi satu Enneateukh (9 Taurat).

Di samping membahas sisi historis, buku ini juga menampilkan pengenalan keempat jenis sastra yang berkembang dalam penulisan Pentateukh, yaitu Yahwista, Elohista, Priester dan Deuteronomis. Pada akhirnya -dengan keterbatasan akal yang kita punya, kita dapat mengambil sebuah simpulan bahwa Pentateukh bisa dipelajari secara historis, namun bukan menjadi sumber historis yang sah. Bolehlah pesan-pesan filsafat positif yang terkandung di dalamnyalah yang kita ambil sebagai pedoman hidup, yaitu bagaimana Tuhan dengan segenap kesempurnaan-Nya senantiasa setia membimbing umat manusia yang selalu berpaling dari Tuhan karena kedagingannya.

No comments:

Post a Comment

author
Yacob Ivan
Indonesian, Mathematician, Business Analyst, Android Developer, History-traveller | http://www.yacob-ivan.com