Courtesy of Nikko Auglandy, nyariwatu.blogspot.com |
Arca-arca di Universitas Sanata Dharma
Dalam postingan saya di Bol-Brutu berupa foto-foto arca yang diletakkan di teras Universitas Sanata Dharma, banyak muncul pertanyaan, "Dari manakah batu-batu tersebut?" Saya pun turut mempertanyakan hal tersebut, karena setelah mengambil gambar semua batu-batu tersebut saya tidak dapat bertemu dengan Pak Hery. Akhirnya, pada hari ini (6/6/2012) saya berhasil bertemu dengan beliau dan mengklarifikasi hasil jepretan saya.
Berikut ini adalah beberapa penjelasan singkat mengenai temuan arca tersebut.
- Seluruh arca yang ada di Universitas Sanata Dharma ditemukan di sekitar kampus saja. Ketika melakukan pembangunan bagian belakang kampus Mrican, ditemukan beberapa batu dan arca. Arca-arca yang masih bisa diselamatkan selanjutnya diletakkan di kampus dan menjadi inventaris Program Studi Pendidikan Sejarah (bukan Ilmu Sejarah). Dari arca-arca tersebut, hanya terdapat dua buah arca baru (bukan asli), yaitu Arca Ganesha yang gadingnya utuh (berwarna agak gelap) dan Arca Shiva (tidak ada di deretan arca tersebut).
- Mengenai keaslian Arca Ganesha, tampak dari kondisi fisik Ganesha itu sendiri. Menurut mitologi India, Ganesha selalu digambarkan Eka Danta, yaitu bergading satu. Oleh karena itu, kedua tangan Ganesha selalu memegang mangkuk dan patahan gadingnya.
- Mengenai Ganesha dengan posisi jengkeng dan ada tikus di bagian kaki yang jengkeng tersebut; yaitu bahwa selain digambarkan sebagai Dewa Pengetahuan, Ganesha juga digambarkan sebagai Dewa Keamanan. Bahkan ada pula Ganesha yang digambarkan dalam posisi berdiri. Hal tersebut dikaitkan dengan keyakinan yang berkembang di sekitar pembuatan arca atau candi. Jika memang suatu tempat tersebut pernah mengalami kejadian spiritual berupa 'perlindungan', maka dalam pemujaannya terhadap Ganesha, orang-orang dahulu lebih percaya akan sosok Ganesha yang bermanifestasi sebagai Dewa Keamanan.
- Selain batu-batu yang disimpan di kampus, pernah ditemukan Prasasti Salimar di SMA Kolese John de Britto yang kini telah diamankan oleh BP3 Yogyakarta.
Situs Puren
Selain membahas keberadaan arca-arca di Universitas Sanata Dharma, saya juga mendengarkan penjelasan Pak Hery mengenai Situs Puren. Beliau juga turut serta dalam ekskavasi di Puren, ketika ditemukan batu-batu candi di sekitar Puren.
Hal ini bermula dari pembangunan perumahan milik Susteran Carolus Borromeus. Pada saat pembangunan perumahan, ditemukan beberapa batu-batu candi. Ada sebuah gudang yang dulu memang difungsikan untuk tempat-tempat penyimpanan barang susteran, sekarang telah berubah menjadi Wisma Rosari untuk tempat kegiatan warga. Wisma tersebut menempati tanah yang dibawahnya terkubur semua batu-batu candi tersebut.
Mengapa batu-batu tersebut tidak secara khusus diberi tempat dan diberi petunjuk "Situs Puren"? Menjawab pertanyaan tersebut, Pak Hery menjelaskan mengenai penemuan batu-batu candi di sekitar Puren. Batu-batu candi tersebut bersifat tidak kontekstual atau telah bertransformasi, yaitu belum tentu berasal dari Puren. Hal ini disebabkan karena faktor alam, mengingat bahwa Sungai Gajah Wong mengalir melalui Puren. Jika ditelusuri, batu-batu tersebut mungkin berasal dari atas, bahkan hingga daerah di sekitar kampus Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Memang benar bahwa jika diperhatikan, daerah sepanjang Sungai Gajah Wong banyak dijumpai bangunan suci.
Selain itu, di daerah Puren sendiri tidak ditemukan tanda-tanda keberadaan pondasi candi. Hal inilah yang menyebabkan bahwa batu-batu candi yang ada di daerah Puren belum bisa dijadikan fakta yang mengangkat Dusun Puren sebagai situs bersejarah.
Pada saat pembangunan perumahan, terjadi banyak sekali hal-hal yang tidak dapat diungkap secara logika. Banyak orang yang meninggal saat itu dengan penyebab-penyebab yang terlalu coinsidence. Pak Hery berpendapat bahwa karena adanya temuan-temuan purbakala di sepanjang Sungai Gajah Wong, maka sangat mungkin bahwa daerah Puren dulunya juga merupakan tempat suci. Pak Hery menafsirkan kata Puren sebagai Puri-an (puri = bangunan suci) yang telah mengalami pergeseran bahasa menjadi Puren. Namun ada pendapat lain dari pinisepuh setempat yang meyakini bahwa Puren berasal dari kata Empu Seren, yang berarti tempat seorang empu yang beristirahat dan wafat.
Jadi, kabar mengenai disimpannya batu candi Puren di kampus Universitas Sanata Dharma tidaklah benar. Semua batu candi tersebut dikubur di bawah Wisma Rosari, namun tidak disemen. Batu-batu yang saat ini berada di kampus Universitas Sanata Dharma merupakan temuan di sekitar kampus saja.
No comments:
Post a Comment